2013年8月2日金曜日

Terpecut

Assalamu'alaikum.



Hari Jumat di bulan suci Ramadhan ini dimulai dari bangun sahur dengan mata kantuk, berat dan bengkak. Nangis sebelum tidur itu memang nggak baik untuk performa esok harinya. Catat!

Persoalannya lagi-lagi sepele. Aku sebagai istri seharusnya pulang sebelum suami pulang dan yang paling utama yaitu tidak lalai sholat lima waktu. Apalagi di bulan puasa ini seharusnya manfaatkan waktu untuk beribadah total, tapi aku sering buka puasa di luar setelah pulang kantor ataupun akhir pekan. Belum lagi ditambah mampir dulu ke mall dan belanja. Hadehh, kalau diinget lagi kelakuanku memang salah. Titik!

Aku tahu aku salah. Berkali-kali lalai, suami pulang lebih dulu dari istri, sedangkan kunci rumah dibawa istri. Ya iyalah pasti suami kesal dan pantes aja kalau ngomel. Tapi... Ada hal-hal dalam omelannya yang bikin aku juga kesal dan sakit hati.

Salahkah seorang istri meminta kepercayaan suami? Cemburu boleh, tapi nggak perlu berlebihan kan!? Masa setiap pulang malam, selalu dicurigai pergi dengan laki-laki!? Aktif di grup whatsapp atau LINE juga dicurigai chat dengan laki-laki lain!? Apa pula mengungkit-ungkit orang dari masa lampau yang jelas-jelas aku nggak punya perasaan terhadapnya!!? Memang dia siapaaa? Iya sih dia kenal keluargaku, dekat dengan orang tua, dekat dengan adik-adik, tapi aku kan nggak punya perasaan khusus sama sekali.

Sinetron sekaliiiiiiii..

Setiap diomelin, pasti keluar sindiran soal kecemburuannya itu. Aku harus memutuskan komunikasi dari semua teman laki-laki. Siapapun itu, tidak ada kecuali. Aku harus jadi akhwat sejati. Aku tau seorang akhwat memang harus menjaga ucapan, perilaku dan membatasi diri dari pergaulan yang menimbulkan fitnah. Tapi, hey!!! Aku bekerja dan harus bersosialisasi. Aku sudah buat penawaran untukmu di awal sebelum pernikahan, kalau memang aku harus jadi IRT, ya tak apa. Tapi kamu bilang, aku tidak boleh berhenti bekerja. Kami masih butuh uang lebih untuk tabungan bersama. Ya sudah aku tetap bekerja, tapi aku nggak boleh bersosialisasi!? Mau kamu apaaaaaaa?

Hidup berumah tangga memang tidak mudah. Perjuanganku baru saja dimulai. Kami baru 7 bulan menikah dan hal ini mungkin belum ada apa-apanya. Kami butuh saling pengertian dan aku harus belajar jadi istri yang lebih baik lagi.

Menjadi dewasa dan menghadapi kesehariannya benar-benar tidak mudah. Pekerjaan di kantor juga tidak terlalu mulus. Saat ini hampir dapat dikatakan aku magabut alias Makan Gaji Buta. Kalau ada yang bilang itu enak, dia pasti bohong! Kecuali dia benar-benar bodoh dan nggak peduli dengan peningkatan potensi diri.

Aku ini memang ceroboh, gegabah, dan agak malas. Sering melakukan sesuatu dengan spontan, tidak suka terlalu fokus pada satu birokrasi. Gerah setiap kali harus berhadapan dengan basa basi dan hukum senioritas. Entah apa yang si chief lihat waktu dulu aku magang. Apa performaku dulu beda sekali dengan yang sekarang!? Aku sama saja! Hanya aku dulu masih polos dan belum tahu apa-apa soal betapa piciknya pemikiran beberapa senior di kantor.

Aku gerah dan berontak. Setelah itu, aku sedikit lega, tapi resikonya aku jadi dijauhi dan tidak diberi pekerjaan yang berarti. Tidak diajak bicara. Tidak dipandang. Tidak diakui sebagai bagian dari divisi itu. Nah, untuk orang sanguinis sepertiku situasi seperti ini berat! Aku butuh perhatian dari orang sekitar. Aku butuh bersosialisasi. Tidak perlu banyak, tapi setidaknya ada yang bisa kuajak bicara dong. Nah, bersosialisasi dengan divisi lain yang suka hura-hura itu yang jadi masalah!

Iya aku paham, harusnya aku bisa memfilter diri. Bergaul tetapi tidak selalu harus ikut seluruh kegiatan komunitas itu. Namun nafsuku untuk eksis dan shopping membawaku tenggelam. Aku salah.

Kini, satu orang tiba-tiba muncul memberi pecutan. Teman masa kuliah. Vega.

Sewaktu kami masih mahasiswa hingga masuk dunia kerja, dia masih sering bermain dan sering kumpul bareng teman-teman lainnya. Namun, setahun belakangan ini dia menghilang dan mengunci diri. Menarik diri dari pergaulan dan membuat banyak teman bahkan aku sendiri berfikir dia egois. Lalu.. hari ini dia datang di FB mengajak bertemu dengan teman-teman lama karena September dia ke Jepang untuk meneruskan studi MA selama 2 tahun.

Nah!

Aku terpecut.

Pertanyaanku pada suamiku kembali terlontar. Sebenarnya aku maunya apa!? Eksistensi diri atau pengembangan diri!?

Manusia banyak maunya. Aku mungkin salah melangkah, tapi belum ada kata terlambat untuk mencari jalan lain yang benar kan? Satu hal pasti yang terpenting adalah aku harus tau apa tujuanku.

020813
-Mimi-

0 件のコメント:

コメントを投稿